PURBALINGGA – Hingga akhir Agustus 2012, Jateng mampu mendapatkan surplus beras sebanyak 2,8 juta ton. Kondisi itu didapatkan melalui sistem modernisasi pertanian. Ditargetkan pada akhir tahun ini Jateng bisa mendapatkan surplus beras sebanyak 2,9 juta ton dan mampu mendukung program swasembada beras nasional tahun 2014.

    Demikian disampaikan Gubernur Jateng Bibit Waluyo kepada wartawan, di sela-sela panen perdana padi hasil Program Percepatan Tanam Serentak dengan Modernisasi Pertanian, di Desa Toyareka, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga, Selasa (28/8). “Dengan menggunakan program ini, rata-rata tiap lahan pertanian mampu menghasilkan panenan sebanyak 8,8 ton,” kata Gubernur Bibit Waluyo.

    Gubernur mengatakan program modernisasi pertanian merupakan program guna mendukung swasembada beras nasional. Pemerintah pusat mentargetkan tahun 2014 mampu mendapatkan surplus beras sebanyak 10 juta ton. Jateng merupakan daerah yang diandalkan untuk mendukung program tersebut.

    “Modernisasi dilakukan dengan menggunakan alat pertanian yang modern. Selain itu juga dengan menggunakan bibit unggul, pupuk, pola tanam, sistem irigasi yang baik dan pengendalian hama penyakit,” lanjutnya.

    Gubernur memuji peralatan modern untuk panen, hanya saja harganya masih sangat mahal yakni mencapai Rp 300 juta per unit. Sementara peralatan hanya dipakai sekali saja saat panen. ”Masih perlu dipertimbangkan lagi, jika panen tidak serentak juga akan rugi,” kata Gubernur.

    Dibagian lain, Gubernur mengatakan, cadangan pangan di Jateng masih 90 persen. Saat ini di cadangan mencapai 781 ribu ton. Cadangan ini akan bertambah karena mulai 1 Oktober akan ditanam padi gadu disekitar waduk besar seperti Kedungombo, Gajah Mungkur, Malahayu, Cacaban, dan waduk Wadaslintang. ”Diharapkan padi gadu akan panen tiga bulan kemudian, sekita bulan Januari. Jadi, stok cadangan pangan akan tetap terjaga,” kata Gubernur Bibit Waluyo.

    Gubernur juga menegaskan, kekeringan di sejumlah daerah tak berpengaruh terhadap produksi padi. ”Jateng tetap bertahan, bahkan di banding provinsi lain, Jateng masih menjadi tumpuan utama produksi padi secara nasional,” kata Bibit.

    Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Dintanbunhut) Ir Lili  Purwati mengungkapkan, lokasi panen padi perdana berada di areal seluas 65 hektar yang berada di depan Bataliyon 406 Bojong. Gubernur Bibit Waluyo dan Bupati Purbalingga Heru Sudjatmoko melakukan panen dengan menggunakan peralatan mekanisasi pertanian jenis combine harvester. Alat ini memotong padi sekaligus merontokannya. ”Peralatan ini berfungsi memotong padi, merontokkan gabah, membersihkan gabah dan memasukkannya ke dalam karung,” kata Lily Purwati.

    Dikatakan Lily Purwati, program tanam serempak dan mekanisasi pertanian tersebar di kecamatan Purbalingga seluas 35 hektar, Kecamatan Kemangkon 468 hektar dan di wilayah Kecamatan Kalimanah seluas 497 hektar. Untuk mendukung program ini, petani telah dibantu benih sebanyak 25 ton yang terdiri tujuh varietas yakni Inpari 13 (14,5 ton), Inpari9 (0,5 ton), Inpara 5 (1), Inpara 2 (0,5), Cigelis (2), Sarinah (2), dan varietas Situ Bagendit (4,5 ton). ”Target program ini untuk mencapai surplus produksi beras dengan melakukan percepatan tanam,” kata Lily.

    Lily menegaskan, Kabupaten Purbalingga mentargetkan surplus beras pada tahun 2012 ini sebesar 57.118 ton. Target ini naik sekitar 10 ribu ton dibanding tahun 2011 yang mencapai surplus 47.440 ton.  Surplus beras ini diperoleh dari luas panen 38.666 hektar.  Sementara realisasi luas panen pada tahun 2011 mencapai 37.108 hektar. Perhitungan sasaran surplus beras dicapai dari ketersediaan sasaran beras 142.467 ton, dikurangi kebutuhan beras sebesar 85.349 ton. “Pada tahun 2011, realisasi ketersediaan beras sebesar 132.238 ton, sedang realisasi kebutuhan beras 84.798 ton,”  tegas Lily Purwati. (Humas/y/hr)