PURBALINGGA – Dalam rangka merayakan Hari Wayang Dunia dan Hari Wayang Nasional yang jatuh pada 7 November, enam dalang muda dari tiga kawedanan di Purbalingga (Bobotsari, Purbalingga, dan Bukateja) menampilkan kebolehannya dalam acara Tangine Seni Budaya ke-3 yang digelar di Pendopo Dipokusumo, Minggu (23/11/2025).

“Enam dalang muda asli Purbalingga akan menampilkan pagelaran singkat malam ini. Mereka adalah Ki Dipa, Ki Puji, Ki Seto, Ki Wily, Ki Rofi, dan Ki Hafara — semuanya alumni Institut Seni Indonesia,” kata Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekda Purbalingga, Suroto.

Suroto yang hadir mewakili Bupati Purbalingga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pegiat seni Purbalingga yang terus menjaga semangat berkesenian melalui gelaran Tangine Seni Budaya setiap Senin Kliwon.

Ia menambahkan bahwa sejak pertama kali digelar, Tangine Seni Budaya telah melibatkan sedikitnya 30 sanggar seni dari berbagai wilayah di Purbalingga. Pada edisi ke-3 ini, suasana menjadi istimewa karena digelar bertepatan dengan momentum peringatan Hari Wayang Dunia.

“Bupati Fahmi menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada seluruh pegiat seni yang terus berkomitmen menggeliatkan seni di Purbalingga, terutama melalui Tangine Seni Budaya ini,” ujar Suroto.

Selain para dalang muda, kegiatan juga dimeriahkan oleh delapan sinden muda Purbalingga yang turut mengiringi jalannya pementasan. Suroto menegaskan bahwa kegiatan ini menjadi bukti bahwa regenerasi seniman wayang kulit di Purbalingga telah berjalan dengan baik dan perlu terus didukung agar seni tradisi tetap hidup dan berkembang.

Di sela acara, Pemkab Purbalingga juga memanfaatkan momentum ini untuk menyosialisasikan program unggulan daerah, yakni Alus Dalane dan Kepenak Ngodene, yang saat ini tengah dijalankan. Program tersebut telah diwujudkan salah satunya dengan digelarnya bursa kerja selama dua hari lalu, berbarengan dengan peluncuran aplikasi ketenagakerjaan Kepenak Ngodene.

“Mudah-mudahan ini menjadi jalan untuk mewujudkan cita-cita Bupati Fahmi dan Wakil Bupati Dimas, yaitu alus dalane, kepenak ngodene. Tentu semua membutuhkan dukungan dari seluruh stakeholder dan masyarakat Purbalingga,” pungkasnya. (an/komin)