PURBALINGGA INFO – Upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Purbalingga terus diperkuat melalui kegiatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Aksi Cegah Stunting yang digelar Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga di PM Collaboration Purbalingga, Rabu (26/11/2025).
Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang sosialisasi, tetapi juga membekali berbagai unsur yang hadir, mulai dari perangkat daerah, organisasi perempuan, tokoh masyarakat, serta para guru dan kepala sekolah dari jenjang SD/MI, SMP/MTs hingga SMA/SMK/MA, dengan pengetahuan praktis mengenai pencegahan stunting yang bisa langsung diterapkan di lingkungan masing-masing.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga, Devi Setyawati, menegaskan bahwa stunting tidak dapat diselesaikan hanya oleh sektor kesehatan. “Ini tugas kita semua. Stunting bukan hanya urusan dinas kesehatan atau puskesmas. Tokoh-tokoh masyarakat dan guru memiliki peran besar karena perubahan perilaku justru banyak terjadi di rumah dan sekolah,” ujarnya.
Menurut Devi, intervensi pemerintah sudah berjalan melalui imunisasi lengkap, pemantauan ibu hamil, pemberian tablet tambah darah, hingga program pangan lokal untuk balita. Namun, intervensi tersebut tetap membutuhkan dukungan keluarga dan lingkungan sekitar.
“Remaja putri yang anemia, ibu hamil yang kurang gizi, atau anak yang tidak dipantau pertumbuhannya, semua itu saling terkait. Jadi kalau kita mau hasilnya besar, gerakannya harus bersama-sama,” tegasnya.

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Irma Putri Damayanti, menambahkan bahwa banyak kasus stunting terjadi karena praktik pengasuhan yang tidak sesuai rekomendasi kesehatan.
“Masalah gizi pada bayi sering muncul karena praktik pemberian makan yang tidak sesuai rekomendasi kesehatan. Banyak bayi di bawah enam bulan sudah menunjukkan tanda kurang gizi karena tidak mendapatkan ASI eksklusif,” jelasnya .
Irma juga menyoroti budaya tidak patuh rujukan, misalnya orang tua enggan melanjutkan pemeriksaan ketika bayi dinilai mengalami masalah tumbuh kembang. Ia juga menampilkan contoh kebijakan penanganan stunting dari sejumlah negara seperti Peru, Thailand, dan Vietnam yang dinilai berhasil menurunkan angka stunting melalui langkah-langkah yang konsisten dan melibatkan berbagai sektor terkait .

Pemateri berikutnya, Penyuluh TP PKK Kabupaten Banjarnegara, Yuni Krisnaningrum, menyampa mengajak para peserta untuk lebih memperhatikan pola makan keluarga, terutama ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Menurutnya, masalah gizi sering muncul bukan karena makanan kurang, tetapi karena komposisinya yang tidak seimbang.
“Kuncinya adalah memastikan anak mendapat makanan empat bintang, yaitu karbohidrat, protein hewani, protein nabati, serta sayur dan buah. Ini prinsip dasar yang sebenarnya mudah diterapkan sehari-hari,” jelas Yuni.
Ia juga menekankan pentingnya keamanan pangan karena masih ditemukan makanan yang menggunakan bahan tambahan berbahaya. Selain itu, Yuni memaparkan pedoman MPASI sesuai usia dan mendorong pemanfaatan pangan lokal sebagai upaya pemenuhan gizi anak secara optimal. (dhs/Kominfo)


