PURBALINGGA — Untuk mendukung Prioritas Bupati “Kepenak Ngodene”, Paguyuban UMKM Desa Pekalongan Bojongsari menggelar Pelatihan Pembuatan Sikat dan Sapu Berbahan Alami di Desa Pekalongan Kecamatan Bojongsari, Selasa (18/11). Kegiatan ini diisi materi dan praktik oleh pelaku ekspor lokal, Setyo Hartono dari CV Rizki Mandiri dan dibiayai dari dana aspirasi Dewan, Tongat (anggota Fraksi PDI Perjuangan DRPD Kabupaten Purbalingga), bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Purbalingga.
“Pelatihan ini sangat bermanfaat, karena membuka wawasan kami bahwa banyak bahan alam di sekitar bisa menjadi peluang usaha. Teknik yang diberikan juga sangat praktis dan bisa langsung diterapkan,” ujar Ketua Paguyuban UMKM Desa Pekalongan, Ahmad Sutono.
Menurut Tono, kegiatan sebenarnya dimulai Senin kemarin (17/11) dan akan berakhir Rabu (19/11). Dipilih sapu dan sikat sebagai materi pelatihan karena bahan-bahannya relatif melimpah di Purbalingga dan termasuk komoditi ekspor andalan Purbalingga yang sangat dicari importir dari luar negeri, khususnya Korea Selatan.
“Pasar luar negeri sangat suka alat kebersihan seperti sapu dan sikat drai Purbalingga karena bahannya yang ramah lingkungan,” imbuh Tono.

Pelatihan ini tidak hanya berfokus pada sabut kelapa, tetapi juga memanfaatkan ragam serat alam lokal seperti glagah (tiger grass), ijuk (arenga fiber), dan sorghum. Peserta mendapatkan praktik langsung membuat produk bernilai ekspor seperti sikat hotplate, sikat kuda, sikat dapur, dan sapu tepes. Selain itu, peserta juga diperkenalkan pemanfaatan serat-serat alami tersebut untuk pembuatan ajir tanaman, tambang tali, serta produk pendukung kegiatan berkebun lainnya.
“Seluruh bahan yang digunakan bersifat terbarukan dan ramah lingkungan, sejalan dengan komitmen CV Rizki Mandiri dalam mendorong pemanfaatan material alami yang menunjang pelestarian alam,” ujar Setyo, yang sudah lebih dari 10 tahun berkecimpung di dunia ekspor, khususnya alat-alat kebersihan dan home garden.
Menurut Setyo, Indonesia memiliki kekayaan serat alam yang luar biasa. Melalui pelatihan ini, Setyo mengaku ingin memperkenalkan teknik produksi yang telah teruji untuk pasar ekspor. Selain sikat dan sapu, serat alam bisa menjadi ajir, tambang, dan berbagai produk berkebun.
Sementara itu, Tongat mengatakan pihaknya ingin mendorong ekonomi kerakyatan berbasis potensi lokal. Pelatihan ini menunjukkan bahwa bahan seperti glagah, ijuk, sorghum, hingga sabut kelapa dapat diolah menjadi produk bernilai tinggi.
”Harapannya, peserta mampu mengembangkan usaha yang berkelanjutan dan semakin berdaya di tengah persaingan global,” pungkasnya. (*)




