PURBALINGGA, HUMAS – Kaum buruh ternyata menjadi salah satu sasaran empuk perekrutan anggota organisasi terlarang Negara Islam Indonesia (NII). Menurut Sekjen NII Crisis Center Ken Setiawan, biasanya NII mengincar buruh perantauan yang mengontrak atau tinggal di kos-kosan.

    “Untuk kalangan buruh mereka tinggal di kontrakan atau kos-kosan, mau pulang sore pulang malam tidak ada yang ngontrol. Orang sekitar nggak akan curiga kalau dia ternyata nggak berangkat kerja,” ujar mantan aktivis NII asal Kebumen yang kini berdomisili di Jakarat Selatan dalam dialog interaktif Bahaya NII di pendopo Dipokusumo, senin (3/9)

    Ken menyampaikan isu NII bukan isapan jempol semata. Kenyatannya perekrutan dilakukan setiap saat hingga detik ini. Tak hanya di kota-kota besar, bahkan di kabupaten seperti Purbalinggapun tetap dilakukan.

    Pernyataan Ken ini diamini oleh Kasat Intelkam Polres Purbalingga AKP Bambang Yuwono. Menurut Bambang yang telah memimpin pengintaian gerakan NII selama menjadi Kasat Intelkam di Kabupaten Banjarnegara dan Purbalingga, buruh-buruh di Purbalingga juga mesti hati-hati karena tetap menjadi sasaran utama gerakan NII.

    “Saya pernah menyampaikan kepada pemimpin perusahaan pabrik-pabrik korea di Purbalingga, tolong karyawan yang sering ijin dicatat dan saya diberi laporannya. Setelah kita telusuri ternyata benar, mereka terlibat,” jelasnya.

    Bambang menambahkan, sebelum dirinya pindah tugas dari Polres Purbalingga ke Polres Banjarnegara tahun 2001, jumlah anggota NII tercatat mencapai 200-an orang. Tiga bulan yang lalu dia kembali ke Polres Purbalingga, kemungkinan besar data telah banyak berubah.

    “Perekrutan NII di Purbalingga mungkin berbeda dengan yang dipaparkan Mas Ken tadi. Kalau disini, perekrutan biasanya dilakukan secara personal. Tidak harus dilakukan oleh orang yang derajatnya lebih tinggi. Pernah dulu ada yang naik onthel, keliling Purbalingga, dan mencari orang-orang yang sedang melamun di tempat umum untuk direkrut,” katanya.

    Orang-orang yang melamun memang menjadi salah satu sasaran perekrutan NII. Namun Bambang menegaskan, perekrutan anggota NII tidak menggunakan hipnotis secara nyata. Yang dilakukan para perekrut, menyampaikan pemikiran-pemikiran yang dinukil dari kitab suci Al Qur’an dengan disimpangkan namun terdengar logis atau masuk akal.Para sasaran rekrut selanjutnya akan terus didoktrin dan jika telah waktunya akan dibaiat di Pondok Pesantren Az Zaytun Indramayu, sebagi pusat gerakan organisasi terlarang NII.

    Gerakan Radikal Menginduk NII

    Dalam kesempatan yang sama, Ken Setiawan juga memastikan gerakan-gerakan radikal yang ada di Indonesia semua berakar dari NII. Mulai dari yang jelas menyimpang seperti Al Qiyadah, MIM, Gafatar hingga yang ekstrim melakukan teror seperti JAT, atau pelaku bom bunuh diri dan penembakan.

    “Saya pastikan semua gerakan radikal itu berakar dari NII, atau dulu-dulunya itu orang-orang NII. Kecuali FPI, itu memang berbeda,” imbuhnya.

    Berkeliling Indonesia mensosialisasikan Bahaya NII memang memberikan konsekuensi berat bagi mantan anggota seperti Ken. Apalagi, mantan aktivis NII yang bergabung tahun 2000 ini terbilang cukup berprestasi dan memberikan kontribusi besar seperti menjadi perekrut terbanyak yang sempat memperoleh piagam penghargaan dari para petinggi organisasi yang dipimpin Panji Gumilang itu.

    “Orang mungkin masih menaruh curiga sama saya. Saya sudah biasa. Saya berbicara di depan umum seperti ini, saya menyampaikan apa adanya. Saya siap mati, karena itu memang konsekuensinya,” paparnya lagi.

    Tapi sejauh pengamatan Ken, bagi anggota NII yang telah keluar dan bertobat, alangkah baiknya untuk bergabung dengannya dan ikut ‘bersuara’ menentang NII. Sebab, justru dengan melawan posisi mereka lebih aman. Dengan tetap berdiam, maka mantan anggota NII akan terus dikejar dan diintimidasi hingga berujung maut. (humas/cie)