Dua investor Penanaman Modal Asing (PMA) asal Korea Selatan (Korsel), menanamkan investasinya di Purbalingga. Kedua perusahaan itu semuanya bergerak dalam industri rambut palsu (wig dan bulu mata palsu) dengan nilai investasi sekitar Rp 35 miliar. Selain dua perusahaan PMA tersebut, dua perusahaan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) skala besar juga memilih Purbalingga untuk berinvestasi.

            Kedua  PMA tersebut yakni PT Yejin Beauty Ornament yang pabriknya berada di Jalan Raya Jetis – Toyareka Km 4 Kemangkon dan PT Du Dream  International di Jalan Soekarno – Hatta Km 2 nomor 100 Kelurahan Kalikabong, Kecamatan Kalimanah. Sedang dua PMDN yang telah menanamkan investasi yakni PT Bangkit Makmur Abadi (industri kayu) di Desa Kembangan, Kecamatan Bukateja, dan PT Bina Cipta Sarana Mandiri (pembangunan perumahan di Jalan S Parman).

            “Selain perusahaan tersebut, juga sejumlah perusahaan rambut PMA dan PMDN yang sudah beroperasi lama di Purbalingga melakukan pengembangan usaha. Mereka masih menilai situasi di Purbalingga sangat kondusif untuk iklim investasi,” kata Kepala Kantor Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu (KPMPT) Purbalingga Drs Sidik Purwanto, disela-sela rapat dengan Komisi I DPRD Purbalingga, Selasa (16/7).

            Dijelaskan Sidik, sejumlah perusahaan lama yang mengembangkan usahanya   antara lain PT Royal Korindah (PMA industri rambut) yang pabrik utamanya di Jalan Raya Walik Kelurahan Kembaran Kulon mengembangkan pabrik di Kelurahan Kalikabong. Kemudian PT  Sopyan yang juga bergerak di industri rambut  mengembangkan usaha di Karangsentul, Kecamatan Padamara. Sedang PMDN PT Purbayasa (industri kayu) mengembangkan usaha di bagian belakang pabrik di Desa Purbayasa, Kecamatan Padamara.

            “Selain perluasan pabrik sejumlah perusahaan tersebut,  saat ini sudah ada tiga investor yang tengah menjajaki investasi di Purbalingga. Ketiga perusahaan itu masing-masing sebuah pabrik garmen asal Bandung,  pabrik atsiri dari Purwokerto, dan sebuah pabrik plastik dari Jakarta,” kata Sidik.

            Dibagian lain Sidik menambahkan, pada tahun 2013 ini, KPMPT menargetkan masuknya tiga investor PMA dan 75 PMDN dengan nilai investasi seluruhnya  Rp 260 milyar. “Hingga pertengahan tahun 2013 ini, setidaknya investasi yang telah ditanamkan sudah mencapai Rp 116 miliar,” kata Sidik.

            Sidik menambahkan, pada tahun 2012, jumlah investor yang masuk sebanyak 80 investor dengan nilai investasi Rp 342,5 miliar. Dari jumlah investor tersebut, dua diantaranya PMA rambut dari Korea Selatan dengan nilai investasi Rp 35,8 milyar, selebihnya sebanyak 78 investor berasal dari PMDN dengan nilai investasi Rp 306,7 milyar.

Peluang Usaha Terbuka

            Secara terpisah Bupati Purbalingga Drs H Heru Sudjatmoko, M.Si mengatakan, pihaknya membuka peluang investasi bagi PMA dan PMDN di sektor padat karya yang mampu menyerap banyak tenaga kerja pria. “Pemkab Purbalingga terbuka bagi investor, namun tetap memenuhi persyaratan antara lain tidak mematikan usaha rakyat, bersifat padat karya dan ramah lingkungan,” kata Heru Sudjatmoko.

            Heru Sudjatmoko memahami keluhan para pencari kerja kaum pria yang belum banyak tertampung pada perusahaan PMA rambut. Banyaknya kaum perempuan bekerja belum sebanding dengan kesempatan kerja bagi kaum pria. “Hal ini tentu tidak mudah, apalagi kalau kemudian para pria ini menggantikan tugas mengasuh anak bahkan hingga harus memasak. Karenanya kami terus berupaya mengundang investasi yang memberi kesempatan kerja bagi kaum pria,” ujar Heru Sudjatmoko.

            Heru menegaskan kembali komitmennya kepada dunia usaha jika akan menanamkan investasi di Purbalingga. Pemkab akan memberikan kemudahan dan dukungan infrastruktur untuk berkembanyanya dunia usaha. Pemerintah, lanjut Heru,  harus bermitra dengan dunia usaha. Hal ini karena dunia usaha mampu memberikan lapangan kerja bagi masyarakat. Dunia usaha juga harus diberi kesempatan untuk melakukan sustainable marketing dan sustainable economic.  Meski usaha itu berbentuk PKL (Pedagang Kaki Lima) sekalipun, jika satu PKL bisa menyerap dua atau tiga lapangan kerja, maka kalau ada 100 PKL akan bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak.

            “Pada prinsipnya, kami terbuka dengan investasi yang hendak ditanamkan di Purbalingga, baik mulai dari investasi skala kecil mulai dari PKL hingga industri besar. Masyarakat tidak harus berharap untuk menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang tentunya sangat terbatas. Keberadaan dunia usaha inilah yang justru akan menciptakan lapangan pekerjaan baru. Semakin banyak usaha yang dijalankan, tentu akan semakin banyak pula lapangan pekerjaan yang tersedia,” kata Heru Sudjatmoko.