PURBALINGGA, HUMAS – Province Coordinator (PC) Program USAID Prioritas Jateng DR Nurkholis menegaskan, program USAID prioritas bukanlah proram hibah dana atau anggaran kepada kabupaten kota. Program ini sebagai program non fisik untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar. “Tidak ada dana yang kami kucurkan, fasilitator yang kami rekrut juga tidak akan dibayar. Jadi, jika ada fasilitator yang keberatan untuk menjalankan tugas, lebih baik mundur saja,” kata Nurkholis, kemarin.

Nurkholis mengemukakan hal tersebut disela-sela sosialisasi Program USAID Prioritas di Purbalingga. USAID Prioritas merupakan program yang dibiayai dari The United States Agency for International Development (USAID) atau Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat dengan sasaran Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teacher, Administrators, and Students (Prioritas). Pemerintah Amerika Serikat mengucurkan anggaran US $ 83 juta untuk membiayai program tersebut untuk jangka waktu lima tahun sejak 2012.

Diungkapkan Nurkholis, meski fasilitator tidak akan menerima honorarium, namun peminatnya cukup besar. Dari sekitar 100 peserta yang mendaftar, setelah diseleksi hanya diterima 30 orang. Mereka terdiri dari 15 fasilitator untuk SD/MI dan sisanya untuk SMP. “Fasilitator yang tidak diterima bukanlah yang kualitasnya kurang bagus, namun karena keterbatasan kuota hanya 30 maka yang diterima hanya sebanyak itu,” tutur Nurkholis.

Meski tidak ada honor atau gaji, namun Nurkholis menyatakan, fasilitator akan ditingkatkan kemampuan sumberdayanya melalui berbagai kegiatan seperti kunjungan belajar ke kabupaten kota lain pada bulan Pebruari mendatang, mengikuti training di hotel berbintang selama 8 hari dan sejumlah kegiatan lainnya. “Semua kegiatan itu kami biayai dari USAID,” kata Nurkholis.

Dibagian lain Nurkholis menyatakan, komponen program Prioritas meliputi peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah melalui pelatihan guru, peningkatan tata kelola manajemen pendidikan dan peningkatan koordinasi antar instansi pendidikan di semua tingkatan. “Fokus program USAID ini adalah pembelajaran di SD/MI. SMP, MTs menjadi lebih menarik, relevan dan efektif. Manajemen sekolah menjadi partisipatif, akuntabel dan terfokus pada peningkatan pembelajaran. Fokus lainnya pada manajemen pendidikan dalam hal pengelolaan guru dan pembiayaan pendidikan dan pendidikan guru yang menekankan praktik,” jelas Nurkholis.

Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Purbalingga, Iskhak, S.Pd, M.Pd mengungkapkan, tenaga fasilitator meski tidak dibayar dihaapkan tetap bekerja dengan iklhas dan baik. Hal ini karena juga sebagai peningkatan sumberdaya manusia yang bersangkutan dalam memberikan pengajaran kepada anak didiknya.

Dibagian lain Iskhak mengungkapkan, Purbalingga menjadi satu dari 13 kabupaten di Jawa Tengah yang selama lima tahun kedepan mendapat bantuan teknis di bidang pendidikan dari Program USAID Prioritas. Ada 31 sekolah yang menjadi mitra di Purbalingga, terdiri dari SD/MI sebanyak 20 sekolah dan SMP/MTs sebanyak 11 sekolah. Sebanyak 20 sekolah untuk SD/MI terdiri dari 8 sekolah di Kecamatan Mrebet, 8 sekolah di Kecamatan Kemangkon dan 4 sekolah sebagai kontrol. Untuk SMP/MTs terdiri dari 4 sekolah di Kecamatan Mrebet dan 4 sekolah di Kecamatan Kemangkon serta tiga sekolah kontrol. Sekolah-sekolah kontrol ini berasal dari Kecamatan Padamara dan Kejobong.

Secara keseluruhan, Program USAID Prioritas di Purbalingga ini menjangkau lebih dari 8.000-an siswa yang terdiri dari 3.556 siswa SD/MI dan lebih dari 4.500-an siswa SMP/MTs. Untuk fasilitatornya sendiri terpilih 30 orang dari ratusan pendaftar yang berlatar belakang guru kelas, guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah. Untuk dana pendampingan, Purbalingga menganggarkan dana senilai Rp 25 juta sepanjang tahun 2013. “Meski dana pendampingan ini boleh dibilang kecil, namun harapan kami tidak akan mengurangi semangat dalam menjalankan program,” kata Iskhak. (Humas/y)