PURBALINGGA, INFO – Sedikitnya 76 benda pusaka yang ada di Museum Prof.Dr.R Soegarda Poerbakawatja Purbalingga dibersihkan. Pembersihan benda pusaka atau juga dikenal dengan jamasan, rutin dilakukan setiap tahun.

“Persiapan kami mulai dengan pengambilan beberapa mata air di Purbalingga diantaranya Mata Air Sendang Derajat, Sendang Slamet di dalam Gua Lawa Purbalingga dan Mata Air di Desa Panusupan serta dilakukan selamatan sehari sebelum jamasan, ini rutin dilakukan setiap tahunnya, khususnya pada bulan Sura,” kata Ketua Tim Penjamas, Wasirin, Jumat (13/9).

Tujuan dilakukannya jamasan di antaranya sebagai upaya merawat benda pusaka. Beberapa jenis benda pusaka yang ada yakni tombak pusaka Kabupaten Purbalingga, 13 keris, pedang dan mata tombak koleksi museum 50 buah. Ditambah koleksi titipan yang dijamas 4 buah.

“Orang yang membersihkan keris pusaka sudah melakukan puasa tiga hari sebelumnya. Karena selain secara spiritual akan lebih mantap, secara lahir akan menghindari makan makanan yang langsung menggunakan tangan,” katanya.

Lebih lanjut dijelaskan puasa bagi pembersih pusaka juga sebenarnya agar tangan tidak terkontaminasi dengan warangan pada keris yang akan kembali dioleskan. Karena warangan merupakan bahan yang mengandung racun keras. Jika tidak puasa dan lupa langsung menggunakan tangan untuk makan, maka akan berbahaya.

“Warangan juga ada gunanya, yaitu dulu untuk menambah ampuh senjata dan sebenarnya warangan keris ini akan menumbuhkan lagi tekstur bentuk relief keris yang pudar ketika dibersihkan,” katanya.

Proses jamasan dibuka untuk umum pada 13 – 14 September 2019 dimana masyarakat umum boleh menitipkan pusakanya untuk dijamas. Proses jamasan di Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja sudah dilakukan sejak museum berdiri yakni pada Tahun 2003.

Sementara itu, Kasi Cagar Budaya, Permuseuman dan Sejarah pada Dindikbud Purbalingga, Sudino mengatakan setelah pusaka selesai dijamas, kemudian disimpan kembali di tempat semula. Banyak dari pusaka itu belum bernama atau masih polos.

“Banyak yang sumbangan dari masyarakat dan koleksi pribadi yang dititipkan ke pengelola Museum Daerah Purbalingga.  Tujuannya agar bisa menjadi contoh bagi generasi penerus agar lebih menghargai peninggalan sejarah masa lalu,” kata Sudino.

Ia pun menuturkan proses jamasan pusaka di Museum Prof. Dr. Soegarda Poerbakawatja bukanlah hal yang musyrik karena prosesi ini merupakan salah satu prosesi budaya. Proses jamasan sebenarnya merupakan salah satu bentuk perawatan terhadap koleksi museum yang berbahan logam.

“Kenapa perlu ada acara khusus, karena tidak semua orang bisa membuat pusaka, jadi ini sebagai bentuk penghormatan terhadap karya teknologi metalurgi nenek moyang ,” pungkasnya. (PI-7)