PURBALINGGA – Plt Bupati Purbalingga bersama Sekretaris Daerah (Sekda), Asisten Sekda, Kepala Bagian Setda dan sejumlah Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) melaksanakan kunjungan kerja ke Kabupaten Banyuwangi, Selasa (28/8). Salah satu hal yang dipelajari yakni upaya pemerintah daerah dalam menghidupkan bandara setelah bandara jadi dan siap beroperasi.

Hal tersebut penting dipersiapkan mengingat Kabupaten Purbalingga juga akan segera membangun dan mengoperasikan bandara komersial yakni Bandara Jenderal Besar Soedirman yang akan direalisasikan tahun 2019 mendatang. Plt Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon dalam sambutannya mewakili Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga menyatakan ingin belajar lebih banyak pengembangan bandara kepada Pemkab Banyuwangi.

“Kita tahu bahwa bandara di disini (Banyuwangi,red) merupakan bandara green airport mungkin bulan depan sudah menjadi destinasi internasional. Kami ingin belajar apa yang pemerintah lakukan setelah adanya bandara, apa yang harus dipersiapkan agar bagaimana dengan keberadaan masyarakat bisa mendapatkan manfaat pertumbuhan ekonomi dan sebagainya, bagaimana agar kita tidak hanya jadi penonton. Seperti yang kami ketahui setelah adanya bandara, Banyuwangi bisa melesat pertumbuhannya,” katanya.

Sementara itu Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Banyuwangi Dr Suyanto Waspo Tondo Wicaksono MSi memaparkan pembangunan bandara Banyuwangi atau yang saat itu dikenal sebagai Bandara Blimbingsari dimulai pembebebasan tanah sejak tahun 2000 dan selesai dibangun tahun 2010. Namun begitu bandara selesai, belum ada pesawat yang take off ataupun landing di bandara tersebut.

Sehingga saat itu, bupati terpilih mencanangkan program 100 hari kepemimpinannya harus ada pesawat yang take off ataupun landing. Pihaknya dipanggil rapat dengan bupati untuk mewujudkan keinginan tersebut.

“Kami ke Jakarta (mencari mitra maskapai) disuruh agar jangan pulang sebelum ada kepastian pesawat take off dan landing. Bayangkan, disana sampai SPPD kami habis dan berempat satu kamar. Hingga akhirnya terjadilah deal take off dan landing dengan Maskapai Sky Aviation pesawat grand caravan isinya hanya 9 orang dengan rute Banyuwangi – Surabaya,” katanya.

Setrategi memilih jenis grand caravan menurutnya lebih mudah memenuhi target okupansi penerbangan mengingat kapasitasnya yang sedikit. Sebab okupansi penerbangan tidak diukur dari jumlah penumpang tapi dari prosentase keterisian pesawat.

“Kami kumpulkan pengusaha disini yang biasanya ke Surabaya atau ke Bali, hingga akhirnya mereka mau menggunakan pesawat tersebut sebagai sarana rutinitas mereka. Semua perusahaan kita gilir untuk naik pesawat,” katanya.

Okupansi 100% setiap hari yang bisa tercapai sampai sekian bulan sehingga datanglah Merpati Nusantara Airlines dengan pesawat MA60 berkapasitas 50 orang. Pemkab Banyuwangi terus memacu target okupansi dengan berbagai cara.

“Para pegawai SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) kita wajibkan naik pesawat untuk dinas ke luar daerah. Hingga kami keluarkan Perbup DD dan ADD bahwa kades dan perangkat desa saat itu kita bolehkan SPPD dengan pesawat. Kita tidak ada subsidi 1 rupiahpun,” katanya.

Demikianlah ia menceritakan mengenai proses menghidupkan bandara. Hingga akhirnya kini maskapai Garuda Indonesia dengan Pesawat Boeing 737-500  serta Citilink sudah rutin take off dan landing. Rata-rata per hari ada 5 kali penerbangan masuk ke Banyuwangi, dan 3 kali penerbangan take off.

Sementara itu Bupati Banyuwangi H Abdullah Azwar Anas MSi menyampaikan sekitar awal November awal akan dibuka jurusan Kuala Lumpur – Banyuwangi yang digagas biro wisata dari Malaysia. Ia sampaikan bahwa segmen wisata di Banyuwangi merupakan Ecotourism atau wisata alam, minim toko modern, tidak ada pasar modern dan tidak ada mall.

“Orang luar negeri justru senang landing di bandara kita, sejuk katanya, karena kanan kirinya sawah, kami sudah 7 tahun tidak izinkan satupun bangunan baru di sekitar bandara. Orang kota bosen dengan bangunan. Segmen kita jelas punya tujuan, konsistensi, kesungguhan dan ketegasan. Kalau satu saja diizinkan maka ratusan yang lain akan ikut membangun,” katanya.

Setelah pemaparan tersebut, rombongan Pemkab Purbalingga diajak mengunjungi langsung Bandara Banyuwangi. Dalam kunjungan tersebut petugas bandara mempertunjukan sejumlah ciri khas, mulai dari green airport tanpa AC, arsitektural lokal, serta ruangan khusus pendukung kultural masyarakat.(Gn/Humas)