PURBALINGGA – Plt Bupati Purbalingga yang diwakili Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Purbalingga Drs. Subeno, SE, MSi mengaku bangga kepada para penata rias pengantin karena keberadaannya telah berperan menjadi bagian dari pengembangan ekonomi kreatif di kabupaten Purbalingga bahkan di Indonesia. Hal itu disampaikan Subeno saat membuka Lomba Tata Rias Pengantin Solo Putri Modifikasi Modern di Pendapa Dipokusumo.

Menurut Subeno, kemampuan pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia pada 2018 ini mencapai angka yang luar biasa mencapai Rp 1,1 triliun. Dari usaha ekonomi kreatif ini, lanjutnya, juga bisa menyumbangkan lapangan kerja bagi 16,9 juta orang.

“Para anggota HARPI (Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia–red) juga berperan didalamnya. Kedepan dapat terus dikembangkan,” katanya, Kamis (6/12).

Subeno melanjutkan, kelebihan dari tata rias pengantin ini harus dilakukan secara tatap muka dan tidak mungkin dilakukan menggunakan teknologi informatika (online). Teknologi hanya dapat dimanfaatkan sebagai pendukung seperti dalam edukasi, promosi dan pemasarannya.

“Kami berharap, para peserta yang seluruhnya masih pemula dapat memanfaatkan lomba ini sebagai media pembelajaran pengembangan ketrampilan diri apabila nantinya belum menjadi juara,” katanya.

Ketua panitia Ny. Endang Murdyaningsih mengatakan, lomba Tata Rias Pengantin merupakan agenda kegiatan tahunan Harpi kabupaten Purbalingga sekaligus dalam menyongsong Hari jadi ke-188 Kabupaten Purbalingga. “Kita juga melestarikan warisan leluhur budaya Jawa terutama untuk tata rias pengantin Jawa Tengah,” jelasnya.

Menurut Endang yang juga dari Harpi Kabupaten Purbalingga, tema lomba yang diambil adalah tata rias pengantin Solo putri modifikasi/modern. Hal ini dilakukan melihat trend permintaan upacara pengantin dengan adat tempo dulu menggunakan tata rias Solo Putri atau Yogya Putri, Solo Basahan atau Yogya Paes Ageng.

“Namun yang kita lombakan adalah tata rias pengantin modifikasi atau modern untuk memperingan para peserta agar tidak grogi, karena kalau semuanya menggunakan pakem malah jarang yang mengikuti,” katanya.

Dijelaskan Endang, kriteria lomba masih menggunakan pakem khusus untuk Gelung dan Paes. Sedangkan yang lainnya diperbolehkan menggunakan riasan non pakem atau modifikasi modern.

Lomba kali ini diikuti oleh perias pengantin dari 7 kabupaten disekitar Purbalingga yakni Purbalingga sendiri, Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, Tegal, Pemalang dan Bumiayu. Seluruhnya berjumlah 31 peserta yang merupakan para perias pengantin pemula. Dari lomba tersebut akan diambil Juara 1 sampai 3 dan Juara Harapan 1, 2 dan 3. Selain itu juga dipilih Make Up Terbaik, Busana Terbaik dan Juara Favorit.

Lomba juga diisi demo tata rias tradisional nusantara modifikasi yang dibawakan oleh Pengurus DPD Harpi Jawa Tengah dan peragaan busana pengantin modifikasi oleh sejumlah penata rias pengantin kabupaten Purbalingga. (Hr/humas)