PURBALINGGA_Desa Tumanggal Kecamatan Pengadegan kini sudah memproduksi tas, sepatu, dan kain slayer dari benang antih. Sebelumnya desa tersebut hanya memproduksi benang anti yang kemudian dikirim ke Pekalongan untuk diolah kembali menjadi kain.

Bupati Purbalingga mengaku bangga ketika melihat warga Tumanggal sudah tidak hanya memproduksi benang saja, namun sudah mampu memproduksi kain slayer, sepatu maupun tas dari benang antih. Hal ini diungkapkan Bupati Dyah Hayuning Pratiwi saat melihat stand Desa Tumanggal pada roadshow UMKM di Kecamatan Pengadegan, Jumat (27/12).

“Yang namanya Tumanggal itu terkenal dengan benang antihnya, benang antih asli produk desa Tumanggal. Bahkan sebelum ini, kita itu ndadak jualan ke Pekalongan untuk diolah menjadi kain. sehingga saya minta kepada kades untuk mengolah benang antih menjadi kain, dan kemudian dari kain diolah menjadi yang lebih memiliki nilai ekonomi, sehingga saya langsung perintahkan Disperindag untuk membantu alat tenun benang menjadi kain, dan kini sudah ada hasilnya,”katanya sambil memamerkan sepatu dan tas kain dari benang antih.

Kini di Desa Tumanggal terkenal dengan kain Tumanggalnya, baik berupa lembaran kain slayer penghangat badan, sepatu maupun aneka tas wanita. Kesemuanya terbuat dari benang antih yang diproduksi secara manual (handycraft).

Salah satu perajin benang antih desa Tumanggal, Saeful Yuniarto menuturkan, menurut sejarah, Desa Tumanggal terkenal dengan benangnya berupa tenun gendong. Namun ketika benang tenun gendong dibawa ke Pekalongan oleh orang Pekalongan yang bernama Kadir dinamai Kain Tumanggal. Saat ini di Desa Tumanggal terdapat 700 perajin benang antih dan 3 orang pembuat kain tenun dari benang antih dengan nama Kain Tumanggal.

“Awalnya saya memproduksi benang, tapi setelah bu Tiwi sempat datang ke Desa Tumanggal melihat produksi benang, tapi kok tidak ada produksi kainnya, dan malah dipasarkan benangnya ke luar daerah, maka bu Tiwi memberikan bantuan berupa alat tenun beserta pelatihannya, kemudian saya mulai memproduksi kain antih dan memasarkannya. Untuk meningkatkan harga jual, saya membuat aneka barang dari kain tenun antih, seperti sepatu, tas wanita dan kain slayer sebagai penghangat badan,” tutur Saeful.

Selama ini pemasaran dilakukan melalui media sosial. Banyak pesanan dari luar daerah seperti Bali, Yogyakarta dan Jepara. Proses pembuatan kain slayer hanya membutuhkan waktu satu hari untuk membuat kain dengan lebar 60cm dengan panjang 2 meter. Kain slayer ini dijual dengan harga pasaran Rp 250.000,-.

Roadshow UMKM Kecamatan Pengadegan diikuti oleh 9 stand dari masing-masing desa. Roadshow dibarengkan dengan pembagian santuanan bagi anak-anak yatim, piatu dan duafa, Orang Dengan Kecacatan Berat (ODKB) dan bantuan kredit Mawar bagi pelaku usaha. (u_humpro).