PURBALINGGA- Penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan perlu sinergitas dari ulama, umaro dan umat dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah harus didukung ulama/ pemuka agama dalam pelaksanaan jalannya pemerintahan dan juga pelaksanaan pembangunan dan kemasyarakatan karena ulama akan menjadi pencerah bagi umaro dalam menjalankan tugasnya.

“Kegiatan subuh berjamaah kali ini salah satu upaya kami mempererat silaturahmi antara jajaran umaro (pemerintah) kepada para ulama sekaligus silaturahmi dengan umat (masyarakat). Dari silaturahmi ini tentunya besar harapan kami berjalannya penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Purbalingga akan berjalan lebih baik lagi,” kata Plt. Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, SE. B.Econ. MM. saat subuh berjamaah di Pondok Pesantren As Suriyyah Desa Karangsentul Kec. Padamara, Jum’at (21/12)

Pengasuh pondok pesantren As Suriyyah KH. Nurkholis Masrur dalam tauziyahnya menyampaikan, silaturahmi yang baik dari umaro dan ulama tentunya harus terus terjalin dan ulama akan mendukung setiap langkah pemerintah dalam upaya mensejahterakan masyarakatnya.

Dalam lanjutan tauziyahnya, KH. Nurkholis sampaikan 6 golongan manusia yang akan diterima masuk surga oleh Allah SWT.  Keenam golongan tersebut adalah yang pertama pemuda yang telah bertaubat nasukha, artinya adalah taubat yang sebenar-benarnya tanpa mengulangi keburukan-keburukannya di waktu lalu. Kedua orang yang bersedekah sepi artinya dirinya benar-benar ikhlas bersedekah tanpa perlu orang lain mengetahuinya.

“Ketiga adalah senantiasa istikomah dua rakaat shalat dhuha, karena shalat dhuha ini sangat mulia, berpahala haji dan umroh yang diterima keduanya oleh Allah SWT.,” katanya.

Berikutnya adalah orang yang merasa sedih apabila tertinggal shalat berjamaah walaupun hanya 1 rakaat, kelima merasa takut dan meneteskan air mata karena Allah SWT., dan keenam adalah orang yang senantiasa pergi mencari ilmu kepada para ulama bahkan digambarkan walaupun harus berdesak-desakan dalam upayanya menimba ilmu kepada ulama.

“Namun tentunya mencari ilmu (ngaji) kepada ulama yang mengayomi, karena bukan termasuk golongan ulama apabila yang disampaikan terkandung profokasi, bahkan dirinya berwatak pembenci,” kata KH. Nurkholis. (t/ humpro2018)