PURBALINGGA — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga kembali menunjukkan komitmennya dalam memberdayakan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di sektor kriya dan fesyen. Melalui kerja sama strategis dengan PT HM Sampoerna Tbk melalui program Sampoerna Untuk Indonesia, pendampingan lanjutan diberikan kepada pengrajin batik dan desainer lokal untuk meningkatkan daya saing Batik Purbalingga di tingkat nasional hingga internasional.
Program ini diinisiasi bersama Impala Network, LF Fashion Consultant, serta Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Purbalingga. Fokus utamanya adalah memperkuat kapasitas SDM serta menciptakan identitas visual batik khas Purbalingga yang siap bersaing di pasar global.
“Kerja sama ini menjadi bagian dari langkah Pemkab Purbalingga dalam membina UMKM agar mampu naik kelas, tidak hanya dalam hal produksi, tapi juga dari sisi desain dan pemasarannya,” ujar Ketua Dekranasda Kabupaten Purbalingga, Syahzani Syasya Tsania, yang juga istri Bupati Purbalingga.
Pendampingan yang diberikan mencakup berbagai aspek teknis dan strategis, seperti Webinar Fashion Trend Forecasting 2025/2026, pelatihan Product Development busana siap pakai (ready to wear), pengembangan motif Soedirman sebagai identitas Batik Purbalingga, serta pelatihan olah tekstil dan pola desain untuk produk fesyen berbasis batik.
Desainer senior yang juga Wakil Ketua Indonesian Fashion Chamber (IFC), Lisa Fitria, didapuk menjadi mentor utama dalam program ini. Berpengalaman lebih dari 25 tahun di industri fesyen, Lisa memberikan pendampingan langsung kepada para pengrajin dan desainer melalui berbagai sesi pelatihan intensif.
“Kami ingin agar pelaku UMKM di Purbalingga tidak lagi terpaku hanya pada produksi kain batik, tetapi juga mampu menciptakan lini busana siap pakai yang menjadikan batik sebagai elemen utama. Ini membuka potensi baru sebagai unit bisnis yang berkelanjutan,” ujar Lisa Fitria.
Program ini merupakan lanjutan dari pendampingan yang dimulai sejak 2024. Pada tahap awal, para peserta berhasil menciptakan koleksi busana batik yang ditampilkan dalam event “Fashion in The Cave” di Goa Lawa Purbalingga yang menjadi perhatian nasional karena konsepnya yang unik.
Menurut Kepala Bagian Perekonomian Setda Purbalingga, Gunanto Eko Saputro, pendampingan ini juga menjadi bentuk transfer ilmu dari mentor berkelas nasional kepada pelaku usaha lokal. “Kami ingin UMKM Purbalingga mendapatkan pengalaman langsung dari ahlinya, agar ke depan produk kita bisa bersaing di berbagai ajang pameran, baik dalam maupun luar negeri,” tuturnya.
Sampoerna melalui program CSR Sampoerna Untuk Indonesia menyambut baik kolaborasi ini sebagai bentuk nyata dukungan sektor swasta terhadap pertumbuhan UMKM daerah. Pihaknya percaya, kolaborasi dengan pemerintah daerah merupakan kunci untuk penguatan ekosistem UMKM yang berkelanjutan.
Selain itu Syahzani menambahkan, ke depan Pemkab Purbalingga menargetkan terbentuknya brand bersama yang menjadi identitas kolektif produk fesyen dan batik daerah. “Jika batik kita sudah punya identitas dan kualitas yang kuat, maka akan lebih mudah menembus pasar pameran dalam dan luar negeri,” jelasnya.
Kolaborasi ini diharapkan menjadi model sinergi antara pemerintah, swasta, dan komunitas dalam mengembangkan potensi daerah. Dengan pendampingan berkelanjutan, Batik Purbalingga diharapkan mampu menjadi simbol budaya lokal yang bernilai ekonomi tinggi. (GIN/Kominfo)