PURBALINGGA – Kabupaten Purbalingga mendirikan sebanyak 90 Toko Tani yang tersebar di berbagai wilayah. Toko Tani merupakan salah satu cara yang digagas oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk mengendalikan harga-harga kebutuhan pokok termasuk untuk menyelamatkan petani dari anjloknya harga beras.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI melalui Kabid Distribusi Pangan, Dr Indi Pertiwi SP MSI Purbalingga ini salah satu pelopor kabupaten yang memiliki Toko Tani Indonesia centre, tidak hanya Jawa Tengah akan tetapi nasional. Ia juga menuturkan tentang pentingnya Toko Tani Centre ini.

“Tahun 2016 Menteri Pertanian Amran, ingin membuat harga beras yang sama se-Indonesia sama, satu harga. Memang agak sulit, oleh karenannya saat itu muncul kegiatan pengembangan usaha pasca pangan masyarakat melalui Toko Tani Indonesia,” katanya saat mengikuti kegiatan Launching Toko Tani Purbalingga (Tonilingga) di Kompleks Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Kembaran Kulon, Purbalingga, Rabu (27/11).

Toko tani adalah outlet, sarana/wadah, pemasaran bagi Gapoktan. Awalnya hanya untuk komoditas beras, sehingga beras di Toko Tani tahun 2016 se-Indonesia satu harga yakni Rp 7500 per kilo. Dengan perkembangan harga beras yang naik, saat ini di Toko Tani maksimal dijual Rp 8800. Harga tersebut bisa bandingkan dengan harga di pasaran.

“Tujuan Toko Tani ini memang mulia. Memberikan harga pangan murah, berkualitas, tanpa merugikan petani. Kami di sini memotong rantai pasok, bapak Gapoktan bawa sendiri ke sini, tanpa distributor itulah yang membuat harganya lebih murah,” katanya.

Toko Tani selain bekerjasama dengan Gapoktan juga bekerjasama dengan Bulog atau kerjasama dengan siapapun yang bisa memberikan harga yang murah dan berkualitas. Ia menyampaikan apresiasi kepada Kabupaten Purbalingga yang telah  membina Gapoktan untuk terus konsisten mensuplai komoditasnya ke Toko Tani. Dari 9 Gapoktan di Purbalingga seharusnya hanya berkewajiban mensuplai 18 Toko Tani. Akan tetapi di Purbalingga mampu memasuk 90 Toko Tani yang ada.

“Ada 10 komoditas yang harus kita amankan harganya di pasaran. Diantaranya beras, cabe merah, bawang merah, gula, minyak, telur,bawang putih, daging ayam, daging sapi. Sebab fluktuasinya cukup tinggi dan sangat mempengaruhi inflasi. Kalau bisa dijaga TPID akan bisa senyum,” katanya.

Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM mengatakan bahan pangan adalah perkara yang menyangkut hidup mati bangsa, oleh karenannya harus mendapatkan perhatian lebih agar semua kalangan bisa dengan mudah membelinya.

“Kita bisa seperti Somalia kalau kita kekurangan pangan. Saya harap Toko Tani ini bisa memberikan kemaslahatan kemanfaatan bagi masyarakat,” katanya.

Bupati menjelaskan ada beberapa tujuan diadakannya Toko Tani, diantaranya menjaga agar harga komoditas pertanian stabil. Salah satunya menyelamatkan petani saat harga panen anjlok dengan membeli hasil panen dengan harga yang layak.

Tujuan selanjutnya, memotong mata rantai distribusi panjang penyebab harga menjadi mahal. Produsen/Gapoktan bisa langsung jual ke Toko Tani sehingga harga ke tangan konsumen bisa lebih rendah dari harga pasaran.

Ada beberapa komoditas yang dijual di Tonilingga, Kelurahan Kembaran Kulon kali ini. Diantaranya : Beras Segar Rp 8300/kg, Minyak Goreng Rp 10.399/l, Gula Pasir Kemasan Rp 12.300/kg, Daging Kerbau Rp 75.000/kg, Abon Lele Rp 10.000, Beras Merah Rp 55.000/5kg, Beras Pandan Wangi Rp 55.000/5kg dan aneka produk lainnya. Pada kesempatan kali ini, Bupati Tiwi membeli beras yang diberi merek Melati dari Gapoktan Bukateja RT 02 RW 08.(Gn/Humas)