PURBALINGGA, INFO – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Universitas Sebelas Maret (KKN UNS) memasang alat Early Warning System (EWS) atau alat peringatan dini tanah longsor di Desa Gunung Wuled, Kecamatan Rembang. Pemasang alat ini merupakan salah satu bentuk pengabdian KKN UNS kepada masyarakat di Desa Gunung Wuled.

“Karena sesuai tema KKN kami yaitu KKN Tematik Pengurangan Resiko Bencana,” kata Ketua KKN UNS di Desa Gunung Wuled, Muhammad Annas saat dihubungi, Kamis (15/8).

Berawal dari tema yang diusung inilah, kemudian KKN UNS tersebut memastikan tersedianya alat pendeteksi dini bencana (tanah longsor, Red) di lokasi rawan bencana. Berdasarkan informasi dari KKN UMP sebelumnya sering terjadi pergerakan tanah di Desa Gunung Wuled.

“Karena di lokasi tersebut belum ada alat pendeteksi bencana maka kami buatkan alat itu,” ujarnya.

Ia menjelaskan di daerah lain banyak yang belum memiliki alat pendeteksi dini tanah longsor. Hal ini dikarenakan pembiayaan yang cukup tinggi untuk pengadaannya.

“EWS sendiri itu banyak macamnya, tergantung jenis bencananya untuk EWS yang kami buat khusus untuk bencana tanah lonsor,” jelas Annas.

Menurutnya, keefektifan EWS yang dipasang dapat mendeteksi pergerakan tanah pada daerah yang selalu mengalami pergerakan tanah. Alat tersebut memiliki tiga tanda lampu untuk menunjukan tingkatan bahaya yang terjadi.

“Lampu biru untuk tingkatan bahaya ringan, lampu kuning untuk bahaya sedang, dan lampu merah untuk tingkatan bahaya tinggi,” terangnya.

Ketika lampu indikator berwarna merah menyala, maka akan disertai dengan bunyi sirine. Bunyi tersebut dapat memberitahukan warga sekitar adanya pergerakan tanah yang cukup besar atau terjadi tanah longsor.

“Untuk pemasangan alat ini ada di Dusun Pentul Rt 03/05 dan untuk pemasangan ini pun kami mengundang BPBD Purbalingga,” kata Annas.

Ia berharap dengan adanya pemasangan EWS tersebut pergerakan tanah dan bahaya longsor dapat dideteksi sedini mungkin. Sehingga warga setempat dapat mengetahui lebih dini dan tanggap terhadap bencana yang terjadi.

“Harapan besarnya tidak ada atau sedikit yang menjadi korban jiwa apalagi berdasarkan data yang kami dapatkan desa ini paling tinggi resiko bencana longsornya,” pungkasnya. (PI-7)